Teknologi digital terus merangek kehidupan keluarga saat ini tanpa terbendung. Baik orang tua maupun anak-anak menjadi pengguna media digital dalam berbagai bentuk, seperti komputer, telepon pintar, piranti permainan/gim maupun internet.
Penggunaan media digital di rumah ternyata tidak serta merta meningkatkan kualitas kehidupan berkeluarga. Tak jarang anggota keluarga justru terpisahkan karena lebih tertarik menghabiskan waktu dengan perangkat digital mereka daripada berinteraksi bersama. Lebih parah, orang tua dan anak bisa mengalami masalah kecanduan gawai (gadget). Maka orang tua perlu mengembangkan cara baru mendidik anak di era digital.
Selama bertahun-tahun kita percaya anak-anak generasi Y adalah digital native, kalangan yang lahir bersamaan dengan teknologi digital sehingga otomatis mampu menguasai nya. Ternyata, digital native adalah mitos belaka. Kemahiran generasi ini ditentukan oleh berbagai faktor. Antara lain terpaan teknologi digital, tingkat pendidikan ibu, dan tingkat ekonomi keluarga. Anak-anak yang lahir di keluarga kelas ekonomi dan sosial menengah cenderung lebih mahir, produktif dan memahami keamanan teknologi digital dibandingkan anak-anak kelas bawah yang hanya diajari gawai untuk permainan dan hiburan. Apalagi bila ibunya tidak pernah mendiskusikan teknologi itu (Livingstone, 2009).